Postingan

Penjelasan Tanda Baca Aksara Jawa

Gambar
  Lingsa Lingsa atau bisa disebut pada lingsa ( ꦥꦢ ꦭꦶꦁꦱ ) adalah ganti tanda koma dalam penulisan aksara Jawa. Tanda baca pada lingsa berlawanan dengan Pada lungsi (titik). Wujud tanda pada lingsa berupa tanda centang yang menghadap ke atas, sedikit condong kiri. Pada lingsa yaiku tegese kanggo gantine tandha koma, dadi gunane kanggo mandheg sedhela. Selain sebagai tanda koma, pada lungsi juga mempunyai beberapa fungsi lain yaitu: untuk mengapit  angka Jawa , karena banyaknya angka yang mirip huruf. dipakai untuk mengeja aksara latin. juga dipakai untuk penyingkatan kata, seperti Raden Mas menjadi R.M, maka R.M ditulis dengan pemisah pada lingsa. Ada dua paugeran atau aturan dalam penulisan pada lingsa untuk kalimat biasa. Pertama, pada lungsi tidak ditulis setelah kata yang berujung  sandhangan pangkon . Pada lungsi akan menjadi titik apabila tetap ditulis setelah pangkon. Lungsi Lungsi merupakan tanda baca titik dalam aksara Jawa. Gunanya sebagai penanda ak

Tanda Baca Aksara Jawa

Gambar
Pengertian Tanda Baca Seperti halnya dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa juga mempunyai sistem tanda baca. Hanya saja bentuknya berbeda meskipun fungsinya hampir sama. Kita telah bertahun tahun bergelut dengan tanda baca, namun apa sebenarnya tanda baca itu? Menurut wikipedia, tanda baca dimaknai sebagai simbol yang tidak berhubungan dengan fonem atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Nah, aturan tanda baca ini berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Itulah mengapa tanda baca dalam tulisan latin dan aksara Jawa tidak sama. Fungsi Tanda Baca Pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa harus ada tanda baca? Jadi begini, bayangkan saja jika ada tulisan yang tidak ada titik dan komanya, tentu kita akan bingung kapan harus berhenti, kapan harus terus. Kita juga tidak tahu kapan intonasi baca harus rendah, datar atau tinggi. Itulah gamba

Budaya Wewaler

Wewaler padha karo gugon tuhon. Gugon tuhon saka Tembung gugu (pracaya marang kandhaning liyan) lan tuhu (nyata, temen). Gugon tuhon yaiku ngandel marang prakara sing dianggep duwe kadayan ngungkuli kodrat, mangka sanyatane ora. Gugon tuhon ing madyaning masarakat Jawa diarani pepali utawa larangan. Gugon tuhon kalebu kaprecayan tansah duwe rasa sumelang menawa ora bisa nyembadani prekara sing dianggep mbebayani iku.    Gugon tuhon Gugon tuhon salugu yaiku bocah utawa wong sing dadi mangsane Bathara Kala miturut dongeng yaiku bocah sukerta. Miturut kaprecayan, kanggo ngusadhani supaya ora dimangsani Bathara Kala, kudu ditanggapake wayang kanthi lakon Amurwakala. Gugon tuhon wasita sinandi yaiku kalebu pitutur sing ora kalairake kanthi melok. Akeh nggunakake tembung boten ilok utawa ora ilok sing sejatine ngemu teges ora becik. Gugon tuhon kalebu wewaler yaiku wewaler saka leluhur utawa wong sing dadi cikal bakal amarga nindakake sawijining bab, banjur wewaler kanggo anak putu

Serat Tripama Pupuh Dhandhanggula

Gambar
  A. Sejarah Serat Tripama Serat tripama merupakan sebuah karya sastra dalam kebudayaan Jawa yang berwujud tembang macapat dhandanggula yang berjumlah tujuh bait. Serat tripama muncul pertama kali pada zaman Mangkunegaran, yaitu diciptakan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (KGPAA Mangkunegara IV) di Surakarta.Serat tripama ini diterbitkan pertama kali dalam kumpulan ciptaan Mangkunegara IV, jilid III (tahun 1927). Serat tripama antara lain berisi tentang bab-bab tentang kepahlawanan, lebih tepatnya keprajuritan. Nah, serat tripama ini menjelaskan bab tersebut dengan mengambil tiga kisah dari tokoh dalam cerita pewayangan, yaitu Patih Suwanda, Kumbakarna, dan Basukarna. Serat tripama itu sendiri ditulis sekitar tahun 1860 dan dijadikan panutan serta sumber inspirasi yang dapat diambil sebagai suri tauladan, hal ini tidak hanya berlaku untuk prajurit saja, namun juga untuk para pemimpin dan masyarakat saat ini agar dapat melaksanakan tugas masing-masing dengan baik